Minggu, 26 Juli 2009

SAY NO TO IAD!!

Siang malam ku selalu
Menatap layar terpaku
Untuk on line on line
On line on line
Jari dan keyboard beradu
Pasang earphone dengar lagu
Aku on line online
On line on line


Demikianlah cuplikan dari lirik lagu berjudul "Online" dari group musik Saykoji. Tidak cuma di radio dan televisi, bahkan di pasar, pusat perbelanjaan, rumah makan, lokasi hang out bahkan di kantor-kantor lagu ini acapkali diputar. Sedang nge-hits? Pasti. Bahkan sampai tulisan ini dibuat pun, lagu ini masih menduduki tangga 10 Hits terbaik versi pooling MTV Indonesia.

Lantas, hal apa yang membuat lagu ini bisa naik daun?Tidak lain karena tema lagu yang dirasakan begitu mengena menggambarkan trend gaya hidup anak muda saat ini, yang begitu akrab dengan dunia maya. Tiada hari (bahkan tiada jam) tanpa berselancar di dunia maya, tanpa mengunjungi situs-situs pertemanan, tanpa cari-cari berita dan gosip baru di situs-situs internet, entah itu dengan tujuan sekadar ingin menjadi pribadi yang update terhadap informasi, cari teman atau gandengan baru, bisnis ataupun hanya sekadar mengisi waktu luang.

Ya, dunia memang tengah keranjingan internet. Dengan begitu berkembangnya teknologi, semakin mudah saja kita menemukan orang-orang di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri yang begitu sibuk dengan berbagai gadget, mulai dari BlackBerry, iPod, NetBook, NoteBook, PDA, SmartPhone dan sebagainya. Tidak hanya monopoli anak muda, eksekutif top, namun kini juga sudah merambah ke generasi ABG (Angkatan Babe Gue). Dengan berkembangnya tren Web 2.0 di mana teknologi telah menjadi media dan fasilitator komunikasi 2 arah antara para user di seluruh dunia, memang kini dunia serasa lebih dekat, tanpa batas ruang dan waktu. Inilah kekuatan dari teknologi Web 2.0! Namun, disadari atau tidak, seiring dengan fenomena itu, dunia juga tengah terancam dengan penyakit IAD.

Ck..penyakit apa lagi ini? IAD merupakan kepanjangan dari Internet Addiction Disorder atau dalam bahasa Indonesianya berarti Gangguan Ketagihan Internet. Menurut sebuah kajian dari Center for Online Addiction yang berlokasi di Amerika, terdapat 5 kategori utama dari kecanduan ini, yakni :

  • Cyber Sex Addiction : cenderung mengunjungi situs porno, menjadi komunitas chatting room yang berhubungan dengan seks;
  • Social Networking Addiction : makin lama makin senang bergaul di dunia maya, mengunjungi dan mendaftar di berbagi situs jejaring sosial untuk chatting, diskusi dan bertukar informasi;
  • Information Updation Addiction : selalu merasa harus update dengan berbagai informasi terbaru, harus selalu online dan terhubung dengan situs-situs penyedia informasi dan pengumuman;
  • Computer Addiction Itself : saban hari selalu ingin menyentuh dan mengutak-ngatik komputer dengan berbagai perangkatnya;
  • Online Game Addiction : kecanduan terhadap game online sehingga susah sekali untuk berhenti.

Lantas, apa saja tanda-tandanya seseorang terkena "penyakit" ini? Maressa Hecht Orzack, guru besar Harvard University dan direktur Computer Addiction Services di rumah sakit McLean di Belmont, Mass, Amerika di antaranya mendaftar beberapa gejala psikologis IAD seperti merasa senang dan bahagia berada di depan komputer, ingin menghabiskan waktu lebih lama untuk surfing, merasa depresi & gelisah jika jauh dari dunia maya, berbohong kepada keluarga dan atasan mengenai kegiatan di internet, susah berhenti jika sudah ber-internet ria dan lebih suka menghabiskan waktu di dunia maya daripada bergaul dengan orang lain di sekitarnya. Sementara gangguan fisik yang biasanya menyerang penderita antara lain mata kering, migrain, nyeri atau sakit pada telapak tangan atau punggung, malas makan, mengabaikan kebersihan badan dan sulit tidur.

Nah, buat Anda yang suka berselancar di dunia maya dan mulai mengalami gejala-gejala di atas, ada baiknya Anda mulai mengubah gaya hidup Anda atau jika stadium Anda sudah berat, silakan minta bantuan teman, keluarga atau psikolog, karena seringkali kecanduan ini susah diobati sendiri.

Ah..saudara penulis, sepertinya Anda terlalu berlebihan? Emm..jika seperti itu pikiran Anda ke saya, sepertinya tidak. Di Amerika, bahkan sejak tahun 1990-an, sudah terdapat 2 klinik yang membentuk divisi khusus untuk penanganan IAD, yakni Center for Internet Addiction Recovery di Bradford, negara bagian Pennsylvania dan Center for Internet Behavior di negara bagian Connecticut. Lebih dekat lagi di Asia.

Dengan perkiraan 300 juta pengguna web, Cina sedang bergelut dengan suatu epidemi obsesi Internet di antara kaum mudanya. Sejak didirikannya fasilitas penanganan ketagihan Internet pertama di negeri itu pada tahun 2004 saja, Pusat Kesehatan Kaum Muda Cina, lebih dari 3.000 pasien telah ditangani. Mereka yang masuk ke pusat kesehatan yang berlokasi di kompleks militer utama Beijing itu akan mendapatkan penanganan ala militer, dengan disiplin ketat. Sekali masuk, pasien diharuskan untuk tinggal selama tiga bulan, terisolasi dari dunia luar, tanpa akses pada ponsel dan tentu saja komputer. Orang tua pasien harus tinggal selama beberapa minggu juga di sana, sebab dinilai ketagihan Internet sering kali adalah akibat dari "kesalahan orang tua." Bagi kebanyakan keluarga, membayar untuk penanganan ini adalah pengorbanan yang cukup berat. Biaya totalnya bisa mencapai hampir 3.000 dolar—hampir sama dengan tiga bulan gaji dari rata-rata pasangan di Cina.

Di Indonesia sendiri, meskipun hal tersebut belum menjadi concern pemerintah dan instansi medis, sepertinya kisah-kisah yang muncul juga tak kalah seru, bahkan terbilang miris. Beberapa waktu lalu, di salah satu harian terkemuka Tanah Air, dimuat sajak seorang anak bernama Serafina Ophelia. Judulnya : Ibu dan Fesbuk. Beberapa potongan sajaknya kurang lebih berbunyi begini :


"Ibu. Facebook. Hubungannya eraaat sekali. Setiap hari, sehabis makan, setelah mandi, setiap saat.... Sampai kapankah hubungan erat ibu dan fesbuk? Mungkin sampai akhir hayatnya. Notebooknya akan dibawanya... ke Surga"

Baru-baru ini juga, seorang teman bercerita kepada saya bahwa diberitakan ada pelajar yang bunuh diri dikarenakan orang tuanya menolak membelikan gadget yang bisa mendukung aplikasi Facebook. Bicara tentang Facebook, saya pikir Anda yang sudah menjadi member sudah tidak awam tentang berbagai kasus penyalahgunaan situs jejaring sosial ini untuk tujuan mencari popularitas dengan jalan pintas, praktek pelecehan seksual, cari-cari TTM (singkatannya bisa dimulai dari teman tapi mesra sampai teman tapi mesum) hingga tindakan teror via internet.

Sebagian dari kita mungkin tertawa melihat atau mendengar kasus-kasus seperti itu, namun tidak sedikit yang kemudian merenung, menertawakan diri mungkin dan mawas diri : Sudah sebegitu terbenamkah kita di dunia maya, sehingga dunia riil menjadi tidak penting lagi? Tidak heran kemudian di lingkungan pergaulan, muncul pula kaum yang rada anti terhadap kemajuan teknologi. Mereka menyuarakan keprihatinannya terhadap gaya dan perilaku hidup yang "lifestyle asal lifestyle".

Demikianlah berbagai trend dan perubahan gaya hidup yang muncul di era Web 2.0 memang menyimpan potensi dan peluang tersendiri bagi berbagai kalangan, namun jika tidak dimanfaatkan dengan bijaksana, ternyata ia juga bisa menyimpan potensi yang cukup membahayakan. Di zaman yang mengandalkan speed & mobility ini, terhubung dengan berbagai gadget yang kita miliki sangat wajar. Namun jangan lupa bahwa kita juga memiliki tugas lain seperti berpikir, bersintesis, berstrategi, berkoordinasi, dan bernegosiasi yang seringkali lebih kaya jika dilakukan melalui interaksi langsung di dunia nyata.

Teknologi memang perlu kita gunakan secara bijaksana sebelum membuat kita bodoh sebelum waktunya. Seperti itu pulalah tujuan tulisan ini saya buat sebagai renungan kita bersama dan sebagai "penyeimbang & pemerkaya" dari tulisan saya sebelumnya. By the way, kembali ke kutipan saya di awal tulisan ini, harus saya akui bahwa lagu Saykoji berjudul Online memang mengusung lirik dan cerita yang nendang banget. Karena itu menutup tulisan ini, saya bonuskan pada Anda lirik lengkap dan MP3 lagu tersebut. Silakan di-download dan semoga menginspirasi !

1 komentar: